Jumat, 25 November 2011

Hanya Satu Nyawa

Generasi Salaf adalah generasi yang luar biasa. Dunia ini tak akan pernah lagi merasakan dan menyaksikan sebuah generasi seperti itu. Hanya sekali saja. Benar, hanya sekali saja ia ditakdirkan menjadi panggung kehidupan sekaligus saksi sejarah untuk sebuah generasi bernama al-Salaf al-Shaleh itu. Sebagaimana ungkapan para ulama, generasi ini dengan manhaj yang menjadi jalan serta pegangan hidupnya telah menyatukan 3 sifat yang tak mungkin terpisahkan satu dengan lainnya. Manhaj Salaf itu a’lam, ahkam dan aslam.

Manhaj Salaf itu a’lam atau paling sesuai dan penuh dengan ilmu, karena seluruh ilmu Islam berasal dari mata air Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengalir melalui anak-anak sungai para Salaf. Jangan pernah mengatakan engkau lebih tahu dari mereka tentang agama ini.

Manhaj Salaf itu ahkam atau paling penuh hikmah, karena hikmah hanya akan lahir dan mengalir dari mata air ilmu yang shahih. Hikmah yang sesungguhnya adalah hikmah yang mengalir dari al-Qur’an dan al-Sunnah.

Manhaj Salaf itu aslam atau paling menyelamatkan, karena mungkinkah seorang selamat di dunia dan akhirat jika ia tidak meniti jalan kebenaran? Dan mungkinkah kita meniti jalan kebenaran jika kita tidak menapaki jejak generasi Salaf?

Itu tadi hanya pengantar. Hanya sekedar mengingatkan. Dan sekedar memberikan alas an kenapa saya tak henti-hentinya mengagumi Generasi Salaf dan manhaj mereka. Dalam tulisan singkat ini, saya ingin mengajak Anda untuk merenungkan kisah seorang ulama salaf yang bernama ‘Abdullah ibn Mutharrif rahimahullah. Kisahnya sangat luar biasa. Kisahnya menunjukkan kepada kita bahwa jika hatimu dipenuhi oleh cahaya al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka jawaban-jawabanmu adalah cahaya!

Suatu ketika, dua orang Khawarij datang menemui ‘Abdullah ibn Mutharrif. Mereka tentu saja membawa misi sangat penting. Mereka ingin mengajak ‘Abdullah untuk “hijrah” mengikuti jalan mereka, Kaum Khawarij. Tidak banyak diskusi. Bahkan nyaris tidak ada debat di majlis itu. ‘Abdullah ibn Mutharrif rahimahullah hanya mengatakan kepada mereka-dan renungkanlah kata-kata penuh cahaya ini-:

“Wahai saudara! Seandainya aku memiliki 2 nyawa, maka akan aku izinkan salah satu dari kedua nyawaku itu untuk mengikuti jalan kalian. Jika ternyata jalan kalian adalah jalan yang benar, maka aku akan mengikutkan satu nyawaku lagi dengan kalian. Namun jika ternyata jalan kalian adalah sesat, maka setidaknya aku masih memiliki satu nyawa dan biarlah nyawaku yang pertama itu binasa dan sesat bersama kalian…Tetapi sayang sekali, aku hanya memiliki satu nyawa, dan aku tak mungkin mempertaruhkan nyawa yang hanya satu-satunya ini!”

Dan 2 pria Khawarij itu tak punya kata-kata lagi untuk ‘Abdullah ibn Mutharrif rahimahullah. Mereka pun pergi.

Sahabat…

Bukankah itu adalah kata-kata yang luar biasa?! Dan betapa kita sungguh-sungguh membutuhkan jawaban seperti ini dalam setiap episode dan kisah hidup kita…

Jika suatu ketika, sebuah syubhat pemikiran tiba-tiba saja hinggap di hati kita, mengajak bahkan menarik-narik kita untuk meninggalkan jalan ini, jalan al-Salaf al-Shaleh, maka katakanlah kepada pembawa syubhat itu: “Sayang sekali, aku hanya mempunyai satu nyawa! Tak akan kubiarkan satu-satunya nyawaku ini larut dalam tamasya pemikiranmu yang tak berujung pangkal itu!”

Jika suatu ketika, sebuah bisikan syahwat tiba-tiba menggoda dan mengelus-elus benteng keshalehan kita, maka katakanlah kepada bisikan keji itu: “Maaf-maaf saja…aku hanya mempunyai satu nyawa! Tidak ada yang lain. Maka silahkan kau pergi dan jangan mengelus-elusku lagi!”

Jika suatu ketika, jiwa ini tergoda untuk malas dan meninggalkan jalan dakwah, jalan tarbiyah, dan jalan keshalehan, maka ingatlah jiwa ini: “Duhai jiwaku…nyawaku hanya satu. Bantulah aku untuk tetap semangat menapaki tangga-tangga penghambaan ini, hingga kelak kita menikmati rehat yang sesungguhnya di dalam Jannah.”

Subhanallah, betapa jawaban ‘Abdullah ibn Mutharrif itu dapat menjadi inspirasi luar biasa untuk kita dalam menerabas semua kesia-siaan hidup. Ya, karena memang hanya ada satu nyawa. Tidak dua. Tidak pula seribu. Hanya satu nyawa.

Sumber : Abul Miqdad
Baca lagi...

Minggu, 13 November 2011

Agama Mirip Islam.....

Agama KOS (Kristen Ortodoks Syiria) Mirip - Mirip Islam....... lihat disini Baca lagi...

Video sebab-sebab naik turunnya keimanan seorang hamba

Bismillahirrahmanirahiim .......


Assalam Alaikum Ya Ikwani Fillah........

Iman adalah nikmat pemberian Allah yang sangat agung yang dimiliki oleh seseorang. Maka Bersyukurlah kita jika Nikmat tersebut terpatri dalam hati kita. semoga Allah Azza wajallah senantiasa menentapkan nikmat iman tersebut sampai kita meninggalkan dunia ini, Insya Allah. Allahumma tsabbit quluubanaa 'ala thaatik.....Aaamiin Yaa Rabb.... agar supaya keimanan tersebut dapat bertahan dalam hati kita maka kita harus memeliharanya dengan senantiasa memberikan siraman-siraman rohani dengan menuntut ilmu syar'i. Diantara hal-hal yang penting untuk kita ketahui terkait dengan keimanan tersebut adalah hendaknya kita mengetahui sebab-sebab bertambah dan berkurangnya keimanan seseorang. Simak Video Penjelasannya Oleh Fadhilatul Ust. Abu Qatadah, Lc di link berikut Part 1 Part 2 Part 3 Part 4 Part 5

Syukran Jazakumullah Khair...

wassalam alaikum........ Baca lagi...

Shalat Sunah Rawatib Ketika Safar

Apakah mengerjakan shalat sunnah rawatib dalam safar dianjurkan, dan bagaimana dengan shalat sunnah yang lain?

Disunnahkan bagi seorang musafir meninggalkan shalat-shalat sunnah rawatib pada shalat dzuhur, maghrib dan isya’. Namun hendaknya ia mengerjakan sunnah fajar (Qobliyah shubuh) mencontoh Nabi SAW dalam hal ini.

Begitu pula shalat tahajjud dan witir di malam hari disyari’atkan bagi seorang musafir, karena Nabi SAW melakukannya. Demikian juga shalat-shalat mutlak yang lain dan shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab tertentu, seperti shalat sunnah dhuha, shalat sunah wudhu, shalat gerhana dan tahiyatul masjid. (Menguak Fatwa Syaikh Bin Baz, Pustaka Barokah hal. 150)

dikutip dari : Arrisalah.net

Baca lagi...

Bersabarlah Wahai saudaraku......

Oleh Ustadz Abu Rosyid Ash-Shinkuan

Senang, bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka adalah sesuatu yang biasa dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dari kesenangan-kesenangan duniawi maka dia akan senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka dia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kadang sampai putus asa.

Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Kriteria Orang yang Paling Mulia
Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah ukuran bagi kemuliaan seseorang. Karena Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran/patokan akan kemuliaan seseorang adalah derajat ketakwaannya. Semakin bertakwa maka dia semakin mulia di sisi Allah.
Allah berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujurat: 13)

Jangan Sedih ketika Tidak Dapat Dunia
Wahai saudaraku, ingatlah bahwa seluruh manusia telah Allah tentukan rizkinya -termasuk juga jodohnya-, ajalnya, amalannya, bahagia atau pun sengsaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhariy dan Muslim)

Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.Al-Hadiid: 22-24)

Kalau kita merasa betapa sulitnya mencari penghidupan dan dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah seorang di antara kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perbaguslah dalam mencari rizki. Maka apabila salah seorang di antara kalian merasa/menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah tidak akan didapat dengan maksiat.” (HR. Al-Hakim)

Maka berusahalah beramal/beribadah dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid’ah).

Dan berusahalah mencari rizki dengan cara yang halal serta hindari sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan.

Hendaklah Orang yang Mampu Membantu
Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang punya kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami kesulitan. Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-Maidah: 2)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Berdo’a ketika Sedih
Jika kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan harta, sulit mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita, tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tak kunjung datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba laki-laki-Mu, putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim semi (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” kecuali akan Allah hilangkan kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah menjawab: “Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad)

Juga do’a berikut ini:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Bukhariy)

Ilmu adalah Pengganti Segala Kelezatan
Di antara hal yang bisa menghibur seseorang ketika mengalami kesepian atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan senantiasa bersama ilmu.

Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: “Ilmu adalah pengganti dari segala kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan…. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak menjadikan dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab maka dia akan mendapat kesenangan…. Maka tidak ada teman ngobrol sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru).“ (Adabud Dunya wad Diin)

Duhai kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani.

Contoh Orang-orang yang Sabar
Cobaan yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut dan menggantikannya dengan kegembiraan.

Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya’qub:
“Dan Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa.” Ya`qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” (QS.Yusuf: 84-86)

Allah juga berfirman mengisahkan tentang Maryam:
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS.Maryam: 22-25)

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’at-Nya, amin. Wallaahu A’lam.

(Sumber: Buletin Al Wala’ wa Bara’, Edisi ke-4 Tahun ke-3/17 Desember 2004 M/05 Dzul Qo’dah 1425 H. Judul asli ‘Janganlah Bersedih Wahai Saudaraku’ Diterbitkan Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah Bandung) http://www.ahlussunnah-jakarta.com/buletin_detil.php?id=40

dikutip dari: akhwat.web.id
Baca lagi...

Jumat, 04 November 2011

Radio Dakwah Online

Berikut Daftar Radio dakwah Online Mudah-mudahan Bermanfaat.........
Baca lagi...

Nasehat Bagi Yang Kecanduan FB........

Beberapa waktu yang lalu saya ditanya, “Bagaimana ya... keluar dari FB...?” Itu pertanyaan yang tidak sulit untuk dijawab. “Mudah! Tinggal delete akun anda... dalam 14 hari anda akan menghilang selamanya.”

Persoalannya menjadi tidak semudah itu, ketika FB telah menjadi kegemaran, kegiatan keseharian, seolah rutinitas yang jika tidak dilakukan, hari menjadi terasa membosankan. Bahkan bisa jadi layaknya sayur tanpa garam. Sebagian orang menjadi begitu ‘addicted’ dengan FB, bisa jadi ‘Facebookholic. Jika sudah begitu, akan banyak pembenaran yang dilakukan untuk intesitas waktu yang dihabiskan di FB.

“Manfaatnya banyak,” Kata seseorang. Ya, tidak dipungkiri FB memiliki manfaat. Sebut saja di antaranya, dapat menjalin kembali silaturahim dengan teman lama yang sudah puluhan tahun entah di mana rimbanya. Anda bisa menjalin hubungan dengan ribuan bahkan jutaan orang, promosi alias beriklan produk anda dengan gratis, mendapatkan info terkini dari situs-situs kesayangan anda yang juga membuka akun FB. Anda bahkan bisa berdakwah melalui FB. Sebut saja dengan cara ‘reminder’ ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits pilihan, menulis artikel yang bisa langsung dibaca orang lain, dan sebagainya.

Itu jenis manfaat yang bisa didapatkan. Adapun besarnya manfaat yang benar-benar didapat... wallahu a’lam. Anda tidak pernah benar-benar tahu bahwa apa yang anda tulis itu sungguh-sungguh dibaca, dan memberikan pengaruh pada jiwa yang membawa perubahan nyata. Hidayah milik Allah semata... Meskipun tentu saja itu adalah sarana yang efektif untuk menyebarkan dakwah di kalangan para pengguna yang berasal dari berbagai macam latar belakang dan kepentingan. Media penyeberan informasi murah, cepat, dengan jangkauan yang luas.

Alih-alih mendapatkan manfaat, yang terjadi justru banyak hal mudharat yang didapatkan. Pernahkan anda menyadari, tanpa terasa waktu telah berlalu sementara anda sibuk meng-update status, menjawab komentar, menggapprove friends, invitatiion, group, gift, flower ini itu, atau sekedar komentar yang sebenarnya tidak perlu dengan sesama pengguna? FB bahkan bisa menggatikan mesengger sebagai media chatting yang mengasyikkan.

Sebagian orang yang begitu asyik menjadikan FB sebagai sarana pelepas kebosanan, sehingga tanpa menyadari mulai menuliskan sesuatu yang sebenarnya kurang pantas dipublikasikan di depan umum. Mulai dari urusan rumah tangga, pasangan yang menunjukkan romantismenya dengan saling memuji atau menulis sesuatu di status, perdebatan panjang yang terkadang menjadi tidak jelas arahnya. Bahkan ada yang lebih buruk, saling menhina, bahkan menghina para asatidzah. FB menjadi media ngetop, tempat ungkapan perasaan dan suasana hati serta gundah gulana layaknya siaran berita, tempat ‘narsis’, kata seseorang yang tulisannya pernah saya baca.

Nanti dulu... itu belum seberapa. Ada banyak kuis yang menarik. Anda mulai ingin tahu seperti apa diri anda. Jenis hati apa yang anda miliki? Kepribadian seperti siapakah yang anda tampilkan, Aisyah, Khadijah atau...? Akan jadi apa anda 5 tahun mendatang? Siapa inisial jodohmu? Setidaknya itu yang sempat terbaca oleh saya dari update para pengguna.

Walhasil, niat sekedar bercanda atau bermain-main mengusir kebosanan tanpa sadar telah mendekatkan kita pada pintu syirik. Khususnya seperti jenis kuis ramalan.

Belum lagi fasilitas dan kemudahan yang disediakan oleh alat komunikasi (HP) yang memungkinkan FB bisa diakses dimana saja, kapan saja oleh siapa saja. Bukan rahasia lagi kalau Indonesia termasuk negara pengguna HP yang sangat tinggi, bahkan termasuk anak-anak SD. Akibatnya, anak-anak yang belum matang kepribadian, emosi dan pemahamannya, para remaja yang masih labil dan tengah mencari identitas diri, banyak menjadi korban kemudahan FB. Kita lah yang mebuat FB menjadi ‘booming’, sehingga anak-anak kita, adik-adik kita pun ikut-ikutan terjun ke dalamnya, agar tidak dibilang ‘kurang gaul’ alias ketinggalan jaman. .

FB, seperti jejaring sosial lainnya hidup dan meraih keuntungan dari banyaknya penggunanya. Seperti Friendster (FS), My Space, MP dan semisalnya. Kelak jika ada yang baru dan lebih menarik, dia akan tersingkir! Seperti sepinya FS dan jejaring sosial lainnya saat ini.

Sayangnya, FB yang telah meraup begitu banyak keuntungan, termasuk dari jutaan kaum muslimin, tidak memberikan pelayanan yang semestinya. Pengumuman event penghinaan terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu dibiarkan termpampang selama beberapa waktu. Jika saja dia lebih seperti blog yang hanya dikunjungi orang tertentu atau yang kebetulan nyasar ke sana, mungkin tidak seberapa. Namun menyaksikannya selama beberpa waktu tanpa diminta setiap membuka akun FB, adalah sesuatu yang sangat berbeda, dengan efek yang berbeda pula. Dan bagi saya pribadi, sungguh tidak rela memberikan andil sekecil apapun bagi tumbuh kembangnya sebuah jejaring sosial yang membiarkan penghinaan itu terpampang di depan mata.

Persoalan itu akhirnya bisa diredam dengan diisolirnya page penghinaan tersbut. Yang ini saya kurang tahu, apakah dari pemerintah yang memblokir atau dari manajemen FB sendiri. Namun yang pasti tidak ada jaminan kedepannya tidak akan terjadi lagi... who knows? Bukankah orang-orang kafir dari kalangan yahudi dan nasrani akan selalu saling tolong-menolong dan tidak akan berhenti sampai melihat umat Islam keluar dari agamanya? Dan jika sudah menyangkut hal tersebut, saya tidak menaruh prasangka baik kepada Yahudi. Anda mungkin akan mengatakan saya ‘paranoid’, akan tetapi bukankah Al-Qur’an sendiri telah jelas mengabarkan niat busuk mereka?

FB memang hanyalah media, sebuah sarana yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Dan sebagaimana media lainnya, dengan segala kemudahannya FB bisa menjadi penyebab hancurnya keimanan seseorang. Penghinaan terbuka terhadap agama, seperti event EDMD, akan langsung memicu kemarahan kaum muslimin, bahkan yang Islam KTP sekalipun. Akan tetapi, serangan tersamar melalui infiltrasi budaya, syubhat, perang pemikiran, teknologi, dan segala kemudahan yang diberikan FB yang membangkitkan sikap ‘permisif’ dan ‘apology’ justru lebih patut diwaspadai. Bukankah Aceh yang begitu gigih bertahan akhirnya jatuh setelah proses infiltrasi yang dilakukan Snouk Hogranye berikut politik adu dombanya?

Pasca EDMD, keluar atau tidak...? Setiap orang memiliki pandangan dan pendirian masing-masing. Anda lebih mengenal diri anda sendiri, mengetahui keinginan anda dan dampak dari sesuatu bagi diri anda, atau apa yang sudah dan anda lakukan dengan akun FB anda. Manfaat kah....? Atau kesia-siaan....?

di nukil dari : www.khayla.net
Baca lagi...

Saudariku, Jilbab Ketatmu Itu....

Ketat, tansparan, dan membentuk tubuh, itulah ciri-ciri jilbab sebagian wanita masa kini. Tampil cantik dan trendi dengan jilbab menjadi moto sebagian muslimah zaman sekarang. Ya.. cantik.. dengan pakaian tipis dan ketat yang menggoda, pernak-pernik perhiasan yang menggelantung mulai dari kepala sampai pin besar di dada, sapuan make up di wajah, sepatu hak tinggi runcing dengan wangi parfum yang menggelitik sambil berlenggok laksana bandul jam.… lengkaplah sudah wanita menjadikan dirinya layaknya etalase.

Saudariku, sadarkah engkau jilbab ketatmu itu adalah etalase auratmu? Seperti etalase toko yang memajang barang - yang biasanya produk unggulan - untuk menarik perhatian calon konsumen, seperti itulah jilbab ketat yang dipakai sebagaian kaum muslimah, etalase yang memamerkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Dan jika fungsi etalase untuk menarik perhatian calon pembeli… lalu menurutmu apa fungsi jilbab ketatmu itu? Perhatian siapa yang hendak kau pancing agar menoleh ke arahmu?

Saudariku, cobalah menatap dirimu lebih lama.. sedikit lebih lama di depan cermin, dengan perspekif berbeda. Perhatikan pakaianmu ketatmu. Apa yang terlintas di benakmu? Aurat sebelah mana yang berhasil kau sembunyikan dari pandangan orang lain yang bukan mahrammu dengan pakaian transparan atau pakaian ketatmu itu? Tanyakanlah pada dirimu, apa gunanya jilbab bagimu? Untuk siapa engkau mengenakannya? Jika engkau mengenakannya untuk memenuhi kewajiban menutup aurat, lalu di mana letak pakaian ketatmu dalam firman Allah berikut?

(artinya) “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu…” (QS Al-A’raf : 26)

Dan Allah berfirman:

(artinya): “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita….” (QS An-Nuur : 31)

Dan juga firman Allah:

(artinya) “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS Al-Ahzab [33] : 59).”

Pernahkah terbetik di pikiranmu bahwa Sang Pembuat Syariat, memerintahkan wanita untuk menutup aurat agar kehormatannya terjaga? Bukankah lekuk liku tubuhmu yang engkau tampakkan dengan jilbab tipismu nan ketat itu justru memancing siulan dan pandangan maksiat dari lawan jenismu? Ataukah memang itu tujuannya?



Saudariku, jilbab diwajibkan bagi kita untuk menutup aurat, bukan sekedar menutupi kulit! Perintahnya adalah menutupnya dan bukan sekedar membalutnya sehingga tampak lekuk likunya. Menutupnya untuk menghalanginya dari pandangan orang lain, dan bukannya membiarkan orang lain dapat menerawang dan mengenali apa yang ada di baliknya.

Banyak kaum wanita meneriakkan protes atas nama kebebasan dan kesetaraan, agar hukum lebih melindungi wanita dari tindak pelecehan seksual, baik berupa perbuatan, perkataan, atau bahkan sekedar isyarat. Tidakkah terpikir olehmu, pakaian ketatmu itu justru mengundang pelaku pelecehan untuk beraksi?
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:

“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673).

Ah, saudariku, jangan rendahkan dirimu! Jangan hinakan dirimu dengan menjadikan jilbabmu sebagai etalase auratmu! Jangan jadikan dirimu obyek siulan laki-laki iseng di pinggir jalan. Engkau bukan mannequin, bukan barang pajangan untuk dilirik, dinilai, ditaksir dan diberi label harga yang pantas oleh orang yang memandangmu. Tidak! Engkau jauh lebih berharga dari itu! Bahkan jauh lebih mulia dengan jilbab syar’i. Bangkitlah dan bangun kepercayaan dirimu! Sesungguhnya kecantikanmu bukan pada pakaian yang menampilkan keindahan tubuh, juga tidak pada riasan. Tetapi kecantikanmu akan terpancar dari ketakwaan, akhlak terpuji dan rasa malu, yang salah satunya akan tampak dari pakaian syar’i yang engkau kenakan. Ingatlah bahwa Allah telah berfirman:

(artinya): “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al-A’raaf : 26)

***
Referensi: http://www.khayla.net
Baca lagi...